Jumat, 07 Oktober 2011

Sejarah Penemuan Kopi

Kopi (Picture From Google)
Masyarakat Inggris menyebut kopi dengan sebutan coffee, Prancis menyebutnya cafe, Jerman menyebutnya kaffee dan Arab menyebutnya quahwa. Kita sendiri sebagai bangsa Indonesia menyebutnya kopi.

Sejarah kopi tersebut bermula dari cerita seorang pengembala kambing Abessynia yang menemukan tumbuhan kopi sewaktu ia mengembala, hingga menjadi minuman bergengsi para aristokrat di Eropa. Bahkan oleh Behtoven menghitung sebanyak 60 biji kopi untuk setiap cangkir kopi yang mau dinikmatinya.

Sejak penemuan tumbuhan kopi tersebut, kemudian seorang sufi Ali Bin Omar dari Yaman menjadikan rebusan kopi sebagai obat penyakit kulit dan obat-obatan lainnya. Sehingga pada waktu itu kopi mendapatkan tempat terhormat di kalangan masyarakat negeri itu. Dampak baik yang membawa kemakmuran bagi pemilik kebun kopi, pengusaha kedai kopi, pedagang kopi, eksportir kopi, dan pemerintah di berbagai belahan dunia produsen tanaman kopi tersebut.

Penyebarannya cukup pesat terutama di benua Eropa. Di Salerno, Italia, kopi dikenal pada abad kesepuluh. Setelah itu berlanjut dengan pembukaan kedai kopi bernama Botega Delcafe pada tahun 1645 yang kemudian menjadi pusat pertemuan cerdik pandai  di negara Pizza tersebut.

Di kota London, coffee house pertama dibuka di George Yard di Lombat Street. Di Paris, kedai kopi dibuka pada tahun 1671 di Saint Germain Fair. Sedangkan di Amerika, kopi dijadikan sebagai minuman nasional, tampak sekali minuman ini selalu dihidangkan setiap pagi hari di Amerika Serikat.

Walaupun begitu berkembang pesat, orang Arab telah lebih dahulu memonopolinya dan mereka mengekspor kopi dalam bentuk yang sudah digoreng atau digonseng.  

Penyebarn tumbuhan kopi ke Indonesia dibawa seorang berkebangsaan Belanda pada abad ke-17 sekitar tahun 1646 yang mendapatkan biji arbika mocca dari Arabia ke Jakarta. Kopi arabika pertama-tama ditanam dan dikembangkan di sebuah tempat timur Jatinegara, yang menggunakan tanah partikelir Kesawung yang kini lebih dikenal pondok kopi.

Kemudian kopi arabika menyebar ke berbagai di daerah Jawa Barat, seperti: Bogor, Sukabumi, Banten, dan Priangan, melalui sistem tanam paksa. Kemudian kopi juga menyebar ke daerah lain, seperti: Sumatera, Sulawesi, Bali dan Timor.

Konon kopi arabika yang semula ditanam di Brazil sebagai produsen kopi terbesar di dunia, bibitnya berasal dari pulau Jawa. Bahkan dalam sejarahnya, Indonesia pernah menjadi produsen kopi terbesar di dunia walaupun tidak lama karena serangan hama karat daun, serangan hama yang disebabkan cendawan Hemileia vastatrix tersebut menyerang tanaman kopi di Indonesia pada abad ke-19.

Akan tetapi, masih sering dijumpai tanaman kopi di dataran tinggi Ijen (Jawa Timur), tanah tinggi Toraja (Sulawesi Selatan), serta lereng bagian atas Bukit Barisan (Sumatera) seperti: Mandailing, Lintong, dan Sidikalang (Sumatera Utara)serta dataran tinggi Gayo (DI Aceh).


Perjalanan kopi tidaklah selalu mulus. Di Italia, pendeta-pendeta melarang umatnya minum kopi dan menyatakan bahwa minuman kopi tersebut dibawa sultan-sultan muslim untuk menggantikan anggur. Bahkan menghukum siapa saja yang meminum kopi tersebut.

Tahun 1656, Wazir dan Kofri, Kerajaan Usmaniyah mengeluarkan larangan untuk membuka kedai kopi, bahkan menghukum bagi siapa saja yang melanggarnya dengan hukuman cambuk. Tetapi perlahan-lahan hukum tersebut memudar, sehingga jika seorang suami melarang istrinya minum kopi, si istri dapat memakai alasan tersebut untuk bercerai dari suaminya.

Di Swedia, konon Raja Gustaff ke II pernah memberi hukuman kepada dua orang saudara kembar. Yang satu hanya boleh meminum kopi saja dan yang satu lagi hanya boleh meminum teh saja. Siapa yang duluan meninggal dunia, dialah yang bersalah dalam satu tuduhan tindak pidana. Dan ternyata, si peminum teh saja meninggal terlebih dahulu di usianya yang ke-83 tahun.

Oleh karena itulah orang-orang Swedia berbalik menjadi peminum kopi yang fanatik, sehingga sampai sekarang negara-negara Skandinavia kini adalah peminum tertinggi per kapita di dunia. Setiap orang menghabiskan 12Kg lebih per tahun dibanding Indonesia yang hanya 0,6Kg per tahunnya.

Begitu bergengsinya minuman kopi tersebut, sehingga Raja Frederick Agung dari Rusia pada tahun 1777 hanya membolehkan kalangan atas atau kelas bangsawan saja untuk menunjukkan kearistokratan kopi.


Karya Tani Mandiri, Tim. 2010. Pedoman Budidaya Tanaman Kopi. CV Nuansa Aulia: Bandung

0 komentar: